Jumat, 29 April 2016 | 22:18 WIB
13 keluarga korban
pelanggaran berat HAM masa lalu mendatangi halaman depan gedung
Kementerian Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan RI, di Jalan
Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (31/3/2016).
Mereka membawa potongan papan berbentuk huruf yang jika digabungkan akan
membentuk kalimat #MasihIngat.
Aksi ini merupakan bentuk protes terhadap keputusan Pemerintah yang akan
menyelesaikan kasus pelanggaran berat HAM masa lalu melalui proses
rekonsiliasi.
JAKARTA, KOMPAS.com —
Sastrawan Putu Oka Sukanta mengatakan, masyarakat sudah banyak yang
mengetahui adanya kuburan massal peristiwa tragedi 1965. Oleh karena
itu, pemerintah seharusnya tidak terlalu sulit mencari kuburan itu.
"Sudah diungkapkan di Wonosobo dan di film Mass Grave. Kalau tanya masyarakat di Bali, masyarakat tahu dan bisa tunjukkan. Di desa di Kupang, orang juga tahu semua," kata Putu saat dihubungi Kompas.com, Jakarta, Jumat (29/4/2016).
Putu menanggapi rencana Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan RI Luhut Binsar Pandjaitan untuk melihat kuburan massal korban tragedi 1965 sebagai bukti menuju rekonsiliasi.
Dia mengapresiasi pemerintahan Joko Widodo dalam upaya membuka jalan terang Tragedi 1965. Dia pun menyambut baik kabar bahwa Presiden Joko Widodo memiliki tim yang ingin mengundang semua pihak yang terlibat.
Walau demikian, Putu, yang juga penyintas tragedi 1965-1966 ini, khawatir terhadap orang yang ditunjuk pemerintah untuk membuktikan kuburan massal tragedi berdarah itu. Dia ragu, orang yang dipercaya itu justru tidak paham soal tragedi itu.
"Kalau yang ditunjuk oleh pemerintah untuk pembuktian kuburan massal adalah orang yang tidak paham seluk-beluk wilayah dan peristiwa yang terjadi waktu itu, tentu akan tidak berhasil," ucap Putu.
Putu menyarankan kepada pemerintah untuk memilih orang yang tahu duduk perkara tragedi 1965, baik dari pelaku maupun penyintas. Selain itu, penelusuran dapat melalui film dan hasil penelitian.
"Sudah diungkapkan di Wonosobo dan di film Mass Grave. Kalau tanya masyarakat di Bali, masyarakat tahu dan bisa tunjukkan. Di desa di Kupang, orang juga tahu semua," kata Putu saat dihubungi Kompas.com, Jakarta, Jumat (29/4/2016).
Putu menanggapi rencana Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan RI Luhut Binsar Pandjaitan untuk melihat kuburan massal korban tragedi 1965 sebagai bukti menuju rekonsiliasi.
Dia mengapresiasi pemerintahan Joko Widodo dalam upaya membuka jalan terang Tragedi 1965. Dia pun menyambut baik kabar bahwa Presiden Joko Widodo memiliki tim yang ingin mengundang semua pihak yang terlibat.
Walau demikian, Putu, yang juga penyintas tragedi 1965-1966 ini, khawatir terhadap orang yang ditunjuk pemerintah untuk membuktikan kuburan massal tragedi berdarah itu. Dia ragu, orang yang dipercaya itu justru tidak paham soal tragedi itu.
"Kalau yang ditunjuk oleh pemerintah untuk pembuktian kuburan massal adalah orang yang tidak paham seluk-beluk wilayah dan peristiwa yang terjadi waktu itu, tentu akan tidak berhasil," ucap Putu.
Putu menyarankan kepada pemerintah untuk memilih orang yang tahu duduk perkara tragedi 1965, baik dari pelaku maupun penyintas. Selain itu, penelusuran dapat melalui film dan hasil penelitian.
Penulis | : Lutfy Mairizal Putra |
Editor | : Sabrina Asril |
http://nasional.kompas.com/read/2016/04/29/22185061/Penyintas.Sudah.Banyak.Orang.Tahu.Kuburan.Massal.Korban.1965?utm_source=RD&utm_medium=box&utm_campaign=Kaitrd
0 komentar:
Posting Komentar