Selasa, 26-04-2016
16:35
TIMESINDONESIA, SURABAYA – Jaringan Islam Anti Diskriminasi (JIAD) Jawa Timur
mendukung keinginan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menuntaskan
pelanggaran HAM berat di tahun 1965 dan menunjukkan kenegarawanannya
dengan cara mengungkap kebenaran, meminta maaf atas nama Bangsa, dan
mengembalikan hak-hak para Korban.
Koordinator JIAD Jawa Timur, Aan Anshori mengatakan, soal pencarian kuburan massal 65 seperti yang diminta Jokowi, satu tempat di areal Kebun Raya Purwodadi Pasuruan yang diduga kuat menjadi arena pembantaian dan kuburan tertuduh-komunis.
"Berdasar temuan ini, pemerintah dan semua pihak perlu menelusuri kebenarannya," ujar Aan, Selasa (26/4/2016).
Sementara itu, terkait dengan adanya unjuk rasa di depan Gedung Negara Grahadi Surabaya, Kamis (28/2/2016) mendatang soal melawan kebangkitan PKI dan menolak pelanggaran HAM berat 65, Aan meminta kepada semua pihak untuk mewaspadai gerakan adu domba.
Ia mengajak semua pihak untuk mendorong kerja-kerja rekonsiliasi sejarah yang bermartabat, sebagaimana pernah dicontohkan oleh anak-anak muda Nahdliyyin beberapa tahun silam.
"Saya berharap aksi ini tidak semakin mengaburkan isu utama, yakni massifnya kekerasan yang disponsori negara, yang mengakibatkan jatuhnya ratusan ribu korban," terangnya.
Aktivis Gusdurian ini menegaskan, akan lebih terhormat jika aksi seperti ini digunakan untuk menegakkan keadilan dengan cara bahu-membahu bersama korban 65 mendesak negara untuk tidak melakukan impunitas atas peristiwa ini. (*)
Koordinator JIAD Jawa Timur, Aan Anshori mengatakan, soal pencarian kuburan massal 65 seperti yang diminta Jokowi, satu tempat di areal Kebun Raya Purwodadi Pasuruan yang diduga kuat menjadi arena pembantaian dan kuburan tertuduh-komunis.
"Berdasar temuan ini, pemerintah dan semua pihak perlu menelusuri kebenarannya," ujar Aan, Selasa (26/4/2016).
Sementara itu, terkait dengan adanya unjuk rasa di depan Gedung Negara Grahadi Surabaya, Kamis (28/2/2016) mendatang soal melawan kebangkitan PKI dan menolak pelanggaran HAM berat 65, Aan meminta kepada semua pihak untuk mewaspadai gerakan adu domba.
Ia mengajak semua pihak untuk mendorong kerja-kerja rekonsiliasi sejarah yang bermartabat, sebagaimana pernah dicontohkan oleh anak-anak muda Nahdliyyin beberapa tahun silam.
"Saya berharap aksi ini tidak semakin mengaburkan isu utama, yakni massifnya kekerasan yang disponsori negara, yang mengakibatkan jatuhnya ratusan ribu korban," terangnya.
Aktivis Gusdurian ini menegaskan, akan lebih terhormat jika aksi seperti ini digunakan untuk menegakkan keadilan dengan cara bahu-membahu bersama korban 65 mendesak negara untuk tidak melakukan impunitas atas peristiwa ini. (*)
Pewarta | : | Yovinus Guntur Wicaksono |
Editor | : | Hari Istiawan |
Publisher | : | Rizki Agata |
Sumber | : | Surabaya TIMES |
http://www.timesindonesia.co.id/baca/124172/20160426/163555/soal-ham-berat-65-jiad-dukung-jokowi/
0 komentar:
Posting Komentar