Selasa, 26 April 2016 | 13:23 WIB
Bejo Untung dari Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan (YPKP) 1965
meemberikan keterangan terkait peristiwa pembubaran pertemuan penyintas
kekerasan 1965 dari seluruh Indonesia, pada Jumat (15/4/2016) di kantor
LBH Jakarta. Rencananya lokakarya tersebut akan diadakan pada 14
april-16 april 2016 di kawasan Cisarua.
JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan (YPKP 1965) Bejo Untung mengatakan, peristiwa pembunuhan massal terhadap kader Partai Komunis Indonesia (PKI) atau yang dituduh simpatisan PKI, hampir terjadi di seluruh Indonesia.
Pernyataan ini dinyatakan Bejo berdasarkan data yang dihimpun YPKP 1965.
Menurut Bejo, ada tiga pulau yang diidentifikasi terdapat titik kuburan massal terbesar, yakni Pulau Sumatera, Pulau Jawa dan Pulau Bali.
Pulau Jawa diindikasi memiliki titik lokasi paling banyak. Diperkirakan oleh Bejo jumlahnya mencapai puluhan titik kuburan massal.
Bahkan jika ditelusuri lebih lanjut, tidak menutup kemungkinan jumlahnya mencapai ratusan.
"Untuk Pulau Jawa, YPKP berhasil mengidentifikasi kuburan massal di Kuningan, Jawa Barat; Pati, Jawa Tengah; Boyolali, Wonosobo dan Wonogiri (Jateng)," ujar Bejo saat dihubungi, Selasa (26/4/2016).
Bejo menjelaskan, saat melakukan penelitian di Pati, Jawa Tengah, dia menemukan tujuh lokasi kuburan massal.
Tiga di antaranya memiliki lubang yang masih menganga. Kira-kira ada 50 orang yang pernah dieksekusi di situ.
Ia pun menuturkan, pada tahun 2012, anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Kabul Supriyadi, pernah datang meninjau ke lokasi. Saat itu Kabul melihat lansung kuburan massal tersebut.
YPKP juga berhasil menemui seorang warga masyarakat yang mengaku pernah ikut menggali kuburan massal tersebut.
Temuan YPKP di Pati sekaligus menjadi bantahan dari keterangan Sintong Panjaitan pada Simposium Nasional Tragedi 1965 yang mengatakan bahwa tidak pernah terjadi pembunuhan di Pati.
"Jadi tidak benar itu yang dikatakan oleh Sintong," kata Bejo.
Bejo kembali menuturkan, salah satu lokasi kuburan massal terbesar di Pati adalah hutan Pekainan (PKI-nan).
Dinamakan seperti itu oleh warga sekitar karena pernah terjadi pembantain besar-besaran terhadap anggota PKI di tahun 1960-an.
Menurut kesaksian warga sekitar, kata Bejo, setiap malam sekitar ratusan orang dibawa ke tengah hutan, kemudian dibunuh.
Berdasarkan penelitian YPKP tahun 2008, diperkirakan jumlah korban mencapai 200 orang.
Selanjutnya di Kabupaten Boyolali, tepatnya di wilayah Sonolayu, terdapat tempat pemakaman umum di tengah kota yang pada sisi pinggirnya merupakan kuburan massal berisi 100-200 jenazah tidak dikenal.
Warga sekitar mengatakan pada Bejo, sekitar tahun 1965 pernah dibuat lubang besar. Banyak tahanan politik yang diseret, dipukul dan dieksekusi kemudian dikuburkan di situ tanpa nisan penanda.
"Itu menurut pengakuan warga sekitar dan juru kunci pemakaman," ucapnya.
Menurut Bejo, di tempat tersebut juga menjadi lokasi eksekusi Bupati Boyolali Suwali dan anggota DPRD Siswowitono pada tahun 1965.
Selain itu, ia menceritakan bahwa YPKP pernah melakukan penggalian kuburan massal di daerah Wonosobo pada tahun 2000.
Dalam penggalian ditemukan tulang belulang dari 21 mayat yang terkubur. Tulang belulang itu kemudian diserahkan ke pihak keluarga untuk dimakamkan secara layak.
Upaya tersebut dibantu oleh anggota-anggota cabang YPKP yang ada di daerah. Rata-rata mereka merupakan bekas tahanan politik di Pulau Buru dan Nusakambangan.
Namun setelah penemuan tersebut, YPKP mengaku kesulitan untuk melakukan penggalian selanjutnya.
"Kami tidak mendapatkan izin dan dilarang oleh pemerintah setempat," tuturnya.
Sementara itu di Wonogiri, YPKP berhasil mendapatkan pengakuan salah seorang warga masyarakat yang lahannya pernah diminta oleh aparat militer untuk digunakan sebagai kuburan massal.
Dengan bantuan dari anggota cabang YPKP 1965 yang ada di daerah, Bejo bersama timnya melakukan penelitian lapangan, wawancara mendalam kepada warga masyarakat sekitar lokasi, bahkan sempat melakukan penggalian.
Hingga saat ini, kata Bejo, YPKP 1965 masih menyimpan dengan rapi hasil penelitian tersebut dan bisa digunakan apabila pemerintah memerlukannya.
Rencananya, data-data mengenai kuburan massal tersebut akan ia serahkan kepada Presiden Joko Widodo dan Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Pandjaitan.
http://nasional.kompas.com/read/2016/04/26/13230101/YPKP.1965.Sebut.Ada.Puluhan.hingga.Ratusan.Kuburan.Massal.Tragedi.1965.di.Jawa
0 komentar:
Posting Komentar