Selasa, 19 April 2016 | 16:53 WIB
Penulis: Nabilla Tashandra | Editor: Bayu Galih
Ketua DPP PDI-P Andreas Hugo Pareira usai mengisi acara siskusi di Jakarta, Rabu (30/3/2016). Foto:
JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPP PDI Perjuangan Andreas Hugo Pereira menganggap tragedi 1965 menjadi beban dan tanggung jawab sejarah jika tak diselesaikan.
Ia pun mengapresiasi digelarnya Simposium Nasional Membedah Tragedi 1965 dan berharap agar rekomendasi yang dihasilkan dapat ditindaklanjuti.
Andreas menilai penyelesaian politik adalah jalan terbaik jika penyelesaian hukum tidak memungkinkan untuk dilakukan.
"Sehingga rekonsiliasi ini menempatkan berbagai pihak yang menjadi korban dari peristiwa itu," tutur Andreas di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (19/4/2016).
"Kemudian bagaimana pemerintah melakukan upaya rekonsiliasi dan memberikan kompensasi kepada mereka," kata dia.
Permintaan maaf, menurut dia, adalah salah satu bentuk rekonsiliasi yang cukup baik.
Namun Andreas menyarankan agar pihak pemerintah dan keluarga korban duduk bersama untuk membicarakan bentuk rekonsiliasi yang terbaik sehingga bisa diterima oleh semua pihak.
"Kalau ada keinginan untuk duduk bersama membicarakan, melihat masa lalu untuk menatap masa depan agar tidak menjadi beban sejarah," ujar Andreas.
http://nasional.kompas.com/read/2016/04/19/16531741/Rekomendasi.Simposium.Tragedi.1965.Diharap.Dapat.Ditindaklanjuti?utm_source=RD&utm_medium=box&utm_campaign=Kaitrd
0 komentar:
Posting Komentar