Senin, 18 September 2017 | 19:00 WIB
Oleh: Endah Lismartini, Daru Waskita
(Yogyakarta)
Mantan Ketua
Umum Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif.
Buntut tindakan pembubaran diskusi yang digelar di LBH di Jakarta dan berakhir
dengan kericuhan mendapatkan perhatian khusus dari Mantan Ketua PP Muhammadiyah
Buya Safii Maarif.
Guru besar UNY itu menilai isu
kebangkitan komunisme di Indonesia adalah isu yang dibuat-buat. Diskusi terkait
pelurusan sejarah di Kantor Pusat Lembaga Bantuan Hukum (LBH) sah-sah saja.
“Kebangkitan ideologi komunis sekarang
ini seperti mimpi di siang bolong. Faktanya negara-negara yang dulu merupakan
pusat komunis sekarang sudah berubah, seperti di Rusia yang hanya didukung
13% dari total penduduk dan China yang sudah menjadi kapitalis. Isu
kebangkitan komunis adalah isu yang dibuat-buat,” ujar Buya, Senin 18 September
2017.
Buya juga melihat komunis di Vietnam
juga sudah berubah ke arah kapitalisme. Sedangkan komunisme di Korea Utara
hanya sebagai upaya untuk melanggengkan kedikatoran.
Hadirnya para penolak komunisme,
terlebih seperti insiden di LBH Jakarta, Buya menganggap itu adalah permainan
politik yang tidak ingin negara dalam kondisi damai. Atau, bisa jadi insiden
itu dimotori oleh orang-orang yang tidak ingin kasus 1965 terungkap fakta
sesungguhnya.
“Sampai sekarang saya tidak melihat
komunis akan membahayakan Indonesia. Malahan yang saat harus kita waspadai
adalah ancaman dari radikalisme agama yang tumbuh subur di belahan dunia akibat
kegagalan lahirnya demokrasi (Musim Semi) di Arab,” ujarnya menambahkan.
Terlebih lagi, radikalisme sudah masuk
ke perguruan-perguruan tinggi sehingga menarik pemuda untuk bergabung karena
janji-janji palsu yang dilontarkan. Tidak hanya itu, minimnya lapangan
pekerjaan, dan pembiaran dari pemerintah sebelumnya menjadikan radikalisme
tumbuh subur dan berkembang menjadi terorisme.
“Masyarakat harus waspada terhadap
orang-orang yang sebelumnya pernah bergabung dengan ISIS ketika mereka
diizinkan kembali. Jika tidak mau berubah maka satu-satunya solusi adalah
dilumpuhkan,” lanjutnya.
Kehadiran radikalisme di perguruan
tinggi, terutama jurusan eksa, menurut Buya meskipun terlambat harus segera
dilawan secara masif. Karena itulah dalam pertemuan dengan 4.500 perwakilan
dari perguruan tinggi di Bali pada 25-26 September, Buya mengajak perguruan
tinggi untuk melarang kehadiran radikalisme.
Sumber: Viva.Co.Id
0 komentar:
Posting Komentar