Intan Febriani | 2:39 PM, October 01, 2015
Betulkah orang-orang PKI itu ateis? Siapa sebetulnya Gerwani itu? Pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan namun kamu takut bertanya
JAKARTA, Indonesia — Hari ini, 30 September, adalah waktunya para aktivis berbicara mengenai tragedi 1965.
Kamu sebetulnya tertarik dengan topik tersebut tapi tidak
tahu banyak mengenai hal itu. Namun karena takut disebut “kelas menengah
ngehe,” kamu tahan rasa penasaran dan memilih diam saja di tengah
perbincangan mengenai peristiwa itu.
Mungkin kamu tidak sendiri. Sampai hari ini,
peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan kudeta gagal yang dikenal
dengan Gerakan 30 September ini memicu kebangkitan Presiden Suharto dan
rezim Orde Baru-nya, terus dilingkupi misteri, akibat penulisan ulang
sejarah, kesalahan, dan mitos-mitos.
Tapi jika kamu perlu fakta-fakta mendasar mengenai salah
satu dari periode-periode paling kelam dalam sejarah Indonesia, berikut
adalah beberapa hal yang dapat membuka jalan pengetahuan. Paling tidak,
kamu tidak akan lagi terlihat bloon di meja makan.
1. Apa sebetulnya yang terjadi tahun 1965?
Di sekolah, kita diajarkan bahwa para jenderal Angkatan
Darat diculik dan dibunuh secara brutal oleh para anggota Partai Komunis
Indonesia (PKI). Titik. Yang tidak diberitahu buku-buku sejarah di
sekolah kita adalah pembantaian setelahnya di seluruh negeri terhadap
ribuan bahkan jutaan orang yang diduga merupakan simpatisan komunis.
Seperti yang kemudian diungkap oleh buku-buku hasil riset
mendalam dan dokumen-dokumen yang tadinya rahasia, apa yang terjadi
tahun 1965 merupakan jalinan rumit dari perebutan kekuasaan, baik di
Indonesia maupun di arena global.
Secara singkat: Amerika Serikat ingin mengekang komunisme,
Mayjen Suharto ingin merebut kekuasaan dari Sukarno, yang saat itu
berhubungan baik dengan PKI yang sangat populer. Kedua kepentingan itu
klop.
Diduga didukung oleh CIA, Angkatan Darat Indonesia yang
dipimpin Suharto mulai memenjarakan, menyiksa, dan membunuh para anggota
PKI, keluarga mereka, dan siapa pun yang dianggap berpihak pada
komunisme.
Tragedi itu berlanjut jauh setelah 1965. Warga biasa
banyak yang menghadapi penderitaan karena dilabeli PKI dan “tapol”
(tahanan politik).
2. Betulkah orang-orang PKI itu Ateis?
Seorang teman bertanya hal yang sama persis kepada seorang
teman lain asal Vietnam. “Ya, ampun! Kamu komunis? Jadi kamu ateis,
dong?”
Intinya bukan itu. PKI adalah partai politik seperti
partai-partai yang ada sekarang. Orang-orang dari berbagai agama dan
keyakinan telah menjadi anggota aktif atau simpatisan PKI dan ide-ide
komunis.
Apa yang mendasari konsep
komunisme? Kepemilikan umum merupakan jantung ideologi komunis. Jika
diimplementasikan dengan benar, ada potongan dan bagian dari komunisme
yang baik untuk masyarakat-masyarakat yang semakin fokus pada
kepemilikan individual/swasta. Tapi tentu saja, tidak ada ideologi yang
sempurna.
Selain itu, memangnya
kenapa jika seseorang itu ateis? Tidak mengakui keberadaan Tuhan bukan
berarti menyangkal bahwa kemanusiaan, kebaikan, dan kasih sayang – semua
hal yang dicintai Tuhan – harus berlaku.
3. Siapa sebetulnya Gerwani itu?
Jika kamu lahir pada era 1980an seperti saya, mungkin kamu pernah menghadapi bercandaan, “Lo cewek jahat, kayak Gerwani!”
Rezim Orde Baru sukses menciptakan propaganda hitam
terhadap Gerwani, membentuk citra nenek-nenek sihir tidak bermoral dan
gila yang membunuh para pahlawan nasional. Yang benar saja, bukannya
tentara punya senjata untuk melindungi diri dari perempuan-perempuan
muda tidak bersenjata?
Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) adalah gerakan
perempuan yang berafiliasi dengan ide-ide sosialis dan komunis. Saat
itu, di Indonesia berkembang banyak pemikiran dan akan tampak keren jika
kita menjadi bagian dari kelompok-kelompok sadar politik dan membantu
orang lain.
Gerwani melakukan banyak aktivitas yang berorientasi
kesejahteraan sosial, di antaranya membangun taman kanak-kanak,
memberantas buta huruf di kalangan perempuan miskin, dan memperkenalkan
hari anak-anak internasional di Indonesia.
Tragisnya, sejak peristiwa 1965, perempuan-perempuan
Gerwani telah menghadapi penyiksaan, pemerkosaan, dan penghinaan seumur
hidup.
4. Apakah ‘The Act of Killing’ film pertama yang membahas peristiwa 1965?
The Act of Killing (Jagal) arahan sutradara
Joshua Oppenheimer telah membuat isu ini menyebar lebih luas, namun ini
bukan film pertama tentang peristiwa tersebut.
Film 40 Years of Silence dari Robert Lemelson dan
dokumenter-dokumenter karya Putu Oka Sukanta, misalnya, telah
memberikan sentuhan manusia terhadap tragedi tersebut melalui gambaran
kehidupan warga biasa.
Shadow Play dari Chris Hilton juga mengungkapkan kekuasaan-kekuasaan global yang terlibat dalam terjadinya tragedi 1965.
5. Dari mana saya bisa belajar lebih banyak tentang isu ini?
Bacalah! Berikut adalah sejumlah novel, komik, dan buku non-fiksi untuk eksplorasi lebih jauh:
Penghancuran Gerakan Perempuan oleh Saskia Wieringa
Dari Kamp ke Kamp oleh Mia Bustam
Kekerasan Budaya Pasca 1965 oleh Wijaya Herlambang
Dalih Pembunuhan Massal oleh John Roosa
Langit Pertama, Langit Kedua oleh Martin Aleida
Djinah 1965 oleh Evans Poton
Pulang oleh Leila Chudori
Amba oleh Laksmi Pamuntjak
Memoar Pulau Buru oleh Hersri Setiawan
Candik ala 1965 oleh Tinuk Yampolsky
—Rappler.com
0 komentar:
Posting Komentar