YPKP 65-66 Kebumen
WeBlog Dokumentatif Terkait Genosida 1965-66 Indonesia
Home
Berita
Nasional
Daerah
Hukum
Politik
Artikel
Opini
Interview
Editorial
Galeri
Photo
Video
Uncategorized
Rabu, 06 April 2016
Hari Terbunuhnya DN Aidit
05.10
Anti Orba
,
IPT65
,
Kliping #65
,
News
,
Sejarah
,
Sejarah #Gerwani
,
Tragedi
No comments
Hasan Kurniawan
| Senin, 6 April 2015 − 05:05 WIB
DN Aidit digiring tentara (foto:Istimewa/Kaskus)
DIPA NUSANTARA (DN) AIDIT merupakan salah seorang menteri dalam Kabinet Dwikora, sekaligus Ketua Central Committee (CC) Partai Komunis Indonesia (PKI) yang dihukum mati oleh Jenderal Soeharto.
Aidit dan PKI dianggap Pemerintah Orde Baru, bertanggung jawab atas Gerakan 30 September 1965 atau Gestapu. Eksekusi mati Aidit yang tanpa proses hukum, hingga kini menimbulkan tanda tanya besar.
Bagaimana Aidit dieksekusi? Benarkah Aidit dan PKI, menjadi dalang dari peristiwa yang berakibat pada pembunuhan jutaan orang komunis di Indonesia? Seperti apa kisahnya? Cerita Pagi akan mengulasnya secara singkat.
Penangkapan DN Aidit, dilakukan pada 22 November 1965, pukul 23.00 WIB. Aidit diciduk dari tempat persembunyiannya, di dalam rumah Kasim alias Harjomartono, di Kampung Sambeng, Solo, Jawa Tengah.
Sebelum ke rumah Kasim, Aidit sempat sembunyi di beberapa tempat. Nahas, di rumah Kasim lah dia berhasil dijemput paksa tentara bersenjata lengkap ke Loji Gandrung, Solo, tempat peristirahatan AD.
Saat berada di rumah Kasim, sebenarnya Aidit memiliki peluang untuk melarikan diri. Sebab, saat penggerebekan pertama dilakukan di rumah itu, tentara tidak berhasil menemukan tempat persembunyiannya.
Bahkan, setelah rumah itu diobrak abrik, hasilnya tetap nihil. Tentara sempat berpikir Aidit telah berhasil melarikan diri. Namun, pihak intelijen bersikeras dia masih berada dan sembunyi di dalam rumah Kasim.
Akhirnya, Kasim diangkut tentara ke markas, lalu menginterogasinya. Diduga tidak tahan dengan siksaan dan takut dengan ancaman tentara, Kasim buka mulut dan menunjukkan lokasi Aidit bersembunyi.
Dari markas, tentara kembali membawa Kasim ke rumahnya. Di sana, sebagian tentara masih melakukan pengepungan. Di hadapan moncong senapan, Kasim lalu menggeser lemari di salah satu ruangan rumahnya.
Dari balik lemari itu, terdapat pintu rahasia. Di dalamnya Aidit berada dan bersembunyi dari tentara. Pemimpin penangkapan saat itu, Letnan Ming Priyatno pun bersiap-siap mengacungkan senjatanya ke pintu.
"Keluar dari tempat persembunyian! Atau rumah ini saya bakar," katanya menggertak, seperti dikutip dalam buku
Bakri AG Tianlean, Bung Karno Antara Mitos dan Realita, Dana Revolusi
, halaman 153.
Merasa terdesak, Aidit pun bersuara dari balik persembunyiannya, lalu membuka pintu, dan keluar dari balik lemari. Aidit bertubuh pendek, dan kulitnya bersih. Dia pun balik menggertak Letnan Ming Priyatno.
"Saya Menteri Koordinator (Menko), utusan Paduka yang Mulia Presiden Soekarno. Saudara mau apa?" balasnya menggertak. Mendapat gertakan Aidit, Letnan Ming Prayitno sempat kecut dan menjawab pelan.
"Saya hanya menjalankan tugas untuk menangkap," katanya. Aidit lalu menjawab, "Baik. Tetapi saya diperlakukan sebagai Menko," katanya tegas. Demikian drama penangkapan Aidit di Solo, Jawa Tengah.
Aidit lalu dibawa ke Loji Gandrung. Di sana, sempat ada seorang Mayor yang ingin mengoper alih penangkapan Aidit. Namun, pemintaan itu ditolak Komandan Brigade Mayor Jenderal (Mayjen) Yasir Hadibroto.
Sesuai perintah Soeharto, Mayjen Yasir Hadibroto memerintahkan anak buahnya Mayor ST untuk mencari sumur tua yang kering. Setelah sumur yang diminta dapat, Aidit dibawa sejumlah regu tembak ke tempat itu.
Sumur tua itu berada di tengah kebun pisang yang sangat lebat, jauh dari pemukiman penduduk. Saat itu, Aidit sudah tahu bahwa dirinya akan ditembak mati. Namun, dia masih berusaha untuk menggertak.
"Tahu kamu artinya apa seorang Menko? Seorang Wakil Ketua MPR Sementara kemari? Apa ini sumur? Untuk apa?" katanya kepada Mayjen Yasir Hadibroto. Namun gertakan Aidit kali ini tidak berpengaruh.
Bahkan, dengan santai Mayjen Yasir Hadibroto mengatakan, bahwa hari itu Aidit akan dihukum mati, di tempat seperti para Dewan Jenderal dihukum dan mayatnya dibuang ke dalam sumur tua di Lubang Buaya.
"Saya mengerti pak, dan kalau bapak mau tahu sumur ini untuk apa? Ini buat bapak. Bapak tahu bukan kalau Pak Yani juga dimasukan sumur seperti ini?" kata Mayjen Yasir Hadibroto, kepada Aidit yang telah pucat.
Merasa ajal sudah tiba, Aidit minta waktu untuk berpidato sebentar. "Jangan tergesa-gesa, saya mau pidato dulu," katanya. Setelah 10 menit berpidato yang diakhiri dengan teriakan, "Hidup PKI," Aidit ditembak.
Demikian akhir perjalanan salah seorang tokoh komunis terbesar di Asia Tenggara ini berakhir dengan tragis. Setelah tumbang berlumuran darah, jenazah Aidit dimasukan ke sumur tua di tengah kebun pisang.
Di atas jenazahnya itu, para tentara menindihnya dengan sejumlah batang pisang yang ditebang, kayu-kayu kering, dan tanah, lalu membakarnya. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan jejak Aidit.
Sejumlah tentara yang terlibat dalam penembakan itu berjumlah empat orang, ditambah dua kopral pengemudi Jeep. Saat itu, tidak banyak yang tahu jika malam itu Aidit ditembak mati, termasuk tentara Brigade.
Mayjen Yasir Hadibroto selalu merahasiakan eksekusi tersebut. Bahkan, dia melaporkan bahwa abu di atas sumur, hasil pembakaran kayu yang ditumpuk itu sebagai jenazah Aidit yang telah hangus terbakar.
Beberapa pihak yang ingin mencari jenazah Aidit pun dibuat kesulitan. Usai eksekusi itu, Mayjen Yasir Hadibroto melapor kepada Soeharto, di Gedung Agung, Yogyakarta. Mendengar laporan itu, Soeharto tersenyum.
Soeharto merasa puas, dengan tindakan yang diambil Mayjen Yasir Hadibroto, karena telah membereskan Aidit, sesuai dengan perintahnya. Setelah terbunuhnya Aidit, Soeharto membubarkan PKI.
Pembubaran PKI dan dijadikannya partai itu terlarang, serta tewasnya tiga pucuk pimpinannya, mengakibatkan gelombang pembunuhan besar-besaran terhadap para pendukung dan simpatisan PKI.
Anggapan Aidit dan PKI sebagai dalang Gestapu pun terkubur dalam sumur di tengah kebun pisang. Sampai di sini ulasan Cerita Pagi tentang terbunuhnya DN Aidit diakhiri, semoga memberikan manfaat.
Sumber tulisan
:
1. Bakri AG Tianlean, Bung Karno antara Mitos dan Realita, Dana Revolusi, Komite Penegak Keadilan dan Kebenaran, Jakarta 2002
2. Tertangkapnya DN Aidit, Lampiran Bung Karno antara Mitos dan Realita, Dana Revolusi, Komite Penegak Keadilan dan Kebenaran, Jakarta 2002
(
san
)
http://daerah.sindonews.com/read/985191/29/hari-terbunuhnya-dn-aidit-1428147661
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Posting Lebih Baru
Posting Lama
Beranda
0 komentar:
Posting Komentar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Social Profiles
Popular
Tags
Blog Archives
Mengenai Saya
YPKP 65 Kebumen
Lihat profil lengkapku
Entri Populer
Program Re-Ra (Rekonstruksi & Rasionalisasi) TNI Kabinet Hatta
25 Desember 2015 Sebelum diadakannya program “reorganisasi dan rasionalisasi” (Re-ra) oleh Perdana Menteri Hatta,...
Tragedi 1965 dan Peristiwa Madiun 1948
Oleh: Yunantyo Adi Pengantar Redaksi: Wacana rekonsiliasi dalam Simposium Nasional "Bedah Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan...
Pembrontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) Madiun, 18 September 1948
18 September 2015 illustrasi: Gambar ini adalah kekerasan yang terjadi di Vietnam, yang penah dimanipulasi untuk melegitimasi k...
Siapakah Letkol Untung ?
Friday, December 12, 2014 S oeharto- U ntung: Hubungan spesial [jitunews] Siapakah Letkol U ntung dan apa hubunganya dengan peristi...
Siapakah Letkol Untung Itu ? Sejauh Mana Keterlibatannya dalam Gerakan G-30-S
Kamis, 22 April 2010 Letkol Untung [Foto : Kaskus ] Tahun 1960-an dunia diwarnai dengan ketegan...
Tjilik Riwut Tokoh Intelijen Pembubaran RIS di Kalimantan
June 19, 2017 Tjilik Riwut nomor tiga dari kanan tanpa topi / ist SHNet, PALANGKA RAYA – Tjilik Riwut, Gubernur Kalimantan Tengah, 1...
Sejarah Kelam G30S 1965 di Bali
Senin, 10 September 2018 | 10:30 WITA 1. Siswa SMP Sudah Ikut Berpolitik di GSNI atau IPPI Gerakan 30 September 1965 atau dike...
Max Lane: Pram Sejarawan Terbaik Indonesia
Tuesday, 25 December 2012 PENERJEMAH enam karya Pramoedya Ananta Toer asal Australia, Max Lane, menjadi dosen tamu selama lima perte...
"MESUJI BERDARAH " PEMBANTAYAN SADIS YANG MENEWAS KAN "SATU KAMPUNG" INI LAH KRONOLoGIS NYA..!!!
16 Nov 2011 illustrasi: Korban pembantaian politik di Filipina Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) memaparkan penyebabnya insiden pemba...
Pemerintah Bahas RUU Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
Kamis, 12 Maret 2020 RUU KKR sebagai payung hukum untuk menyelesaikan pelanggaran HAM berat pada masa lalu melalui jalur nonyudisial. ...
Diberdayakan oleh
Blogger
.
Categories
Kliping #65
Tragedi
Anti Orba
Sejarah
News
Article
Kliping
Impunity
Kisah
Militerism
IPT65
PKI
Genosida 65
Documentary
Sejarah #Gerwani
hoax ala orba
Persekusi
Mass-Graves
Press-Release
Statement
Kejahatan HAM
Komnas HAM
Stigma PKI
Internasional
Materi
Surat
Buku
G30S
Lekra
Film
Sastra
Interview
arsip rahasia
Pembantaian Massal
Kejakgung
YPKP 65
Kamisan
KontraS
Konspirasi
Pramoedya Ananta Toer
Pulau Buru
Jokowi
BTI
Bedjo Untung
Genosida Politik
Pemuda Rakyat
Genosida
Rekonsiliasi
CIA
PKI 1948
KKR
IPT'65
Amnesty International
Aceh
DN Aidit
Konflik Agraria
Plantungan
investigasi
Dialita
LBH
Tjakrabirawa
Menko Polhukam
Simposium
Orba Soeharto
PBB
Tokoh
Testimoni
Baperki
DKN
Purwodadi
Cilacap
Eksil
Kanigoro
Tan Malaka
Bali
Foto
Muhidin M Dahlan
Seni Rupa
Gusdurian
Moncongloe
Tumiso
Jeju
Musik
Pendidikan
SOBSI
HRWG
Hersri Setiawan
Koesalah S Toer
NTT
Oey Hay Djoen
Trikoyo Ramidjo
Genjer-genjer
Harsutejo
Holocaust
Kalimantan
Karl Marx
Memorialisasi
Soemarsono
Tapol Yogya
HAM
Hendra Gunawan
Heru Atmojo
Luweng
Mia Bustam
Putmu'inah
SKP-HAM
Sudarno
Arsip
Gandrung
Keppres 28/1975
Keppres 28/2975
LPSK
Lubang Buaya
Obituari
Sexual Violence
Sulami
Supersemar
Tapol
Tapol Bali
Wonogiri
Ahmad Tohari
Asset
Brebes
Haji Misbach
Insureksi
JC Princen
Jess Melvin
Munir
Museum
Operasi Trisula
Papua
Purbalingga
Purwokerto
Red Drive Proposal
Tapol Jakarta
Tapol Jawa Timur
Banten
Banyuwangi
Basoeki Abdullah
Blitar
CHTH
Demonisasi
English
JPIT
Kebumen
Klaten
Lengger
Magetan
Nasionalisasi
Nazi
Novel
Nyoto
Poncke Princen
Putu Oka Sukanta
Referensi
Sarbupri
Sei Ular
Svetlana
Tapol Ambarawa
Tapol Jawa Tengah
Tapol Kalimantan Timur
Teater
ipt 65
komune paris
Aris Panji
Biennale
Blitar Selatan
Cerpen
Communist Manifesto
Data Virtual
Digul
Gubernur Sutedja
Hilmar Farid
KSP
Kuli Kontrak
Kulo Kontrak
MK
Made Supriatma
Mark Curtis
Mars Nursmono
Mattew Woolgar
Nasakom
Nusakambangan
Nyai Ontosoroh
Oei Hiem Hwie
PGRI Non Vaksentral
PKI 1026
Perampasan Asset
Petrus
Riset
Semaun
Sragen
Sudisman
Sudjojono
TMP Kalibata
Tangerang
Tapol Gunung Kidul
Tapol Jawa Barat
Tapol Lampung
Tapol Palu
Tapol Purworejo
Tom Udall
Tritura
Umi Sardjono
Vanessa Hearman
emko Polhukam
enosida 65
Arsip Blog
►
2020
(31)
►
Maret
(4)
►
Februari
(22)
►
Januari
(5)
►
2019
(404)
►
Desember
(46)
►
November
(44)
►
Oktober
(64)
►
September
(34)
►
Agustus
(35)
►
Juli
(16)
►
Juni
(12)
►
Mei
(33)
►
April
(32)
►
Maret
(35)
►
Februari
(20)
►
Januari
(33)
►
2018
(628)
►
Desember
(27)
►
November
(26)
►
Oktober
(82)
►
September
(65)
►
Agustus
(32)
►
Juli
(39)
►
Juni
(78)
►
Mei
(53)
►
April
(60)
►
Maret
(50)
►
Februari
(76)
►
Januari
(40)
►
2017
(745)
►
Desember
(42)
►
November
(50)
►
Oktober
(153)
►
September
(179)
►
Agustus
(32)
►
Juli
(42)
►
Juni
(30)
►
Mei
(53)
►
April
(30)
►
Maret
(46)
►
Februari
(40)
►
Januari
(48)
▼
2016
(1284)
►
Desember
(26)
►
November
(24)
►
Oktober
(85)
►
September
(83)
►
Agustus
(51)
►
Juli
(138)
►
Juni
(164)
►
Mei
(346)
▼
April
(244)
Dosen UGM: Simposium Nasional 1965 Perlu Ditindakl...
Pram Layak Disebut Novelis Terbaik Indonesia
Tetralogi Buru Pramoedya Diselamatkan 'Sakit Minke'
38 Tahun Menjaga Kertas Semen Titipan Pramoedya
Pesan dalam Sepatu: Kabar Pramoedya untuk Dunia
Berdamai dengan Masa Lalu
Setara : Dukung Ikhtiar Presiden Ungkap Kebenaran ...
Penyintas: Sudah Banyak Orang Tahu Kuburan Massal ...
Komnas HAM dan Kejagung Dituding Sembunyikan Data ...
Setara: Presiden Mulai Ikhtiar Ungkap Peristiwa 1965
Perlukah negara Indonesia meminta maaf terkait per...
Penyintas Tragedi 1965-1966 Jawab Luhut: "HAM Tak ...
Soal 3 Kuburan Massal 1965 di Blitar, Ini Kata Banser
Perintah Jokowi soal Pengungkapan 1965 Kritik Kera...
Buru, pulau cantik saksi bisu kekejaman orde baru
Ini 3 Kemungkinan Peran Negara dalam Tragedi '65
Suara Perumus Rekomendasi Penyelesaian Tragedi '65...
Eks Aktivis Lekra Siap Tunjukkan Kuburan Massal di...
Mempersoalkan kuburan massal dalam tragedi 1965
Cerita Tentang Nama, Peristiwa dan Fakta Tragedi '65
Cerita Tentang Nama, Peristiwa dan Fakta Tragedi '65
Indonesia Serius Akan Selidiki Kekejaman Anti-Komu...
Aktivis HAM Dukung Jokowi Ungkap Kebenaran Sejarah...
'Kalau Pak Luhut Ingin Datangi Kuburan Massal, Kam...
Pak Luhut, Ini Kuburan Massal Korban Tragedi '65!
POLEMIK: PKI dan Orbaisme Diktator
Sambangi Kejagung, Komnas HAM Papua Bahas Kasus HA...
Antara Magnis-Suseno dan Sulastomo
Negara diminta jamin keamanan data kuburan massal ...
Menko Luhut Ditantang Bongkar Kuburan Massal Korba...
Dialog Seorang Eksil dan Perempuan Tionghoa
Pak Luhut dan Pak Sintong, Korban 1965 Bukan soal ...
TNI Menolak Penguakan Sejarah 1965? Ini Kata Agus ...
Berkas Penyelidikan Komnas HAM Tunjukan Pembunuhan...
'Tragedi 1965 Bukan Soal Jumlah, tapi Memanusiakan...
UGM Gelar Simposium Nasional 1965
Penyelidikan Komnas HAM Pernah Ungkap Adanya Pembu...
Kontras Desak Komnas HAM Ungkap Data Kuburan Massa...
Kontras Minta Pemerintah Siapkan Wadah untuk Tampu...
Negara diminta jamin keamanan data kuburan massal ...
Jokowi ingin dengar langsung kesaksian penyintas 1965
Keterlibatan Asing dalam Pembantaian 1965
GM adalah Taufik Ismail yang tertunda
Mengapa Sulit Minta Maaf?
Pulau Buru Tanah Air Beta: Bersejarah Supaya Tidak...
Bejo Untung: Sungai Ular di Sumut Lokasi Pembantai...
Kontras Temukan 16 Lokasi Kuburan Massal Korban 1965
Keterlibatan Asing dalam Pembantaian 1965
Soal HAM Berat 65, JIAD Dukung Jokowi
Melacak jejak kuburan massal PKI dan simpatisannya
YPKP 1965: Tulang 21 Jenazah Ditemukan di Wonosobo
YPKP 1965 Sebut Ada Puluhan hingga Ratusan Kuburan...
Menelan Maaf Tak Membuat Kenyang
POLEMIK: Ekspresi Komunis yang Kebablasan
Ini Cerita di Balik Penyelenggaraan Simposium 1965
Ini Lokasi Pembunuhan Massal Tragedi 1965 di Sumatera
Pegiat HAM Surati Luhut, Beri Data Kuburan Massal ...
YPKP 1965 Siap Serahkan Data Valid tentang Kuburan...
Menelusuri Jejak Hitam Kuburan Massal Tragedi 1965
Negara Jangan Cuci Tangan
Asvi: Pembunuhan Massal dan Kuburan Korban 1965 Be...
FKPPI tuntut pembubaran pemutaran film ‘Pulau Buru...
Mengapa Negara Harus Meminta Maaf Kepada Korban ’6...
Seminggu Berlalu, Rekomendasi Simposium 1965 Ada d...
Anggota DPR Ini Dukung Kuburan Massal Tragedi 1965...
Gubernur Lemhanas Agus Widjojo: Reformasi TNI Kini...
Jokowi perintahkan pencarian kuburan massal korban...
Luhut: Negara Akan Minta Maaf jika Kuburan Massal ...
Bisnis Agama untuk Kekuasaan
Luhut Temui Presiden Bahas Pengusutan Peristiwa 1965
Jokowi Perintahkan Luhut Cari Kuburan Massal Korba...
Luhut Tunggu Laporan Panitia Simposium 1965 untuk ...
Perempuan-perempuan Eks Tapol 1965 Ini Menghuni Ka...
Pengakuan Mengharukan Seorang Aktivis yang Demo Jo...
Nyanyian Kepedihan Hati Eks Tapol 1965
Menghitung Jutaan Korban Tragedi 1965
Anak Kartini Jenderal Kiri
Hasil rekomendasi Simposium Tragedi 1965 ditunggu
Kisah Kusnendar sang Tapol Sembilan Tahun Menghuni...
Beribu Ingatan Tumiso akan Buru
Beribu Ingatan Tumiso akan Buru
Simposium Mengadili Bung Karno
Yang Tersisa dari 'Penjara' Pulau Buru
Pulau 'Penjara' Buru dalam Angka
Sidarto Danusubroto: Rehabilitasi Umum Semua Korba...
Komisioner Komnas HAM Sebut Jokowi Bohong soal Tra...
Legenda Pesakitan Politik Pulau Buru di Mata Warga
Puing Penjara Politik Orde Baru di Pulau Buru
Air Mata Bung So di Pusara Kawan
Perjalanan Kembali Eks Tapol ke Pulau Buru
'Ini Kami Masih di Buru'
'Lepas 37 Tahun, Aku Kembali ke Buru'
Sri Sulistyawati, 11 tahun melewati senyap di penjara
Implementasi Rekomendasi Simposium 1965 Dinilai Ja...
Soal Tragedi 1965, Luhut Tak Suka Indonesia Diadil...
Cari Bukti, Luhut Ingin Kuburan Massal Korban 1965...
Penggalian dan Pemakaman Layak Korban 65/66, Pemer...
Bongkar Kuburan Massal 65, Komnas HAM: Tunggu Hasi...
Wantimpres: Komisi Kebenaran Bisa Dihidupkan Lagi ...
Simposium Rekomendasikan Penyelesaian Tragedi 65 L...
►
Maret
(76)
►
Februari
(25)
►
Januari
(22)
►
2015
(438)
►
Desember
(32)
►
November
(85)
►
Oktober
(116)
►
September
(98)
►
Agustus
(24)
►
Juli
(10)
►
Juni
(21)
►
Mei
(9)
►
April
(11)
►
Maret
(19)
►
Februari
(9)
►
Januari
(4)
►
2014
(94)
►
Desember
(7)
►
November
(4)
►
Oktober
(16)
►
September
(15)
►
Juli
(10)
►
Juni
(7)
►
Mei
(2)
►
April
(18)
►
Maret
(3)
►
Februari
(6)
►
Januari
(6)
►
2013
(113)
►
Desember
(8)
►
November
(7)
►
Oktober
(19)
►
September
(20)
►
Agustus
(6)
►
Juli
(13)
►
Juni
(11)
►
Mei
(15)
►
April
(6)
►
Maret
(2)
►
Februari
(5)
►
Januari
(1)
►
2012
(85)
►
Desember
(6)
►
November
(8)
►
Oktober
(16)
►
September
(21)
►
Agustus
(3)
►
Juli
(10)
►
Juni
(1)
►
Mei
(3)
►
April
(5)
►
Februari
(6)
►
Januari
(6)
►
2011
(71)
►
Desember
(2)
►
November
(5)
►
Oktober
(16)
►
September
(9)
►
Agustus
(11)
►
Juli
(2)
►
Juni
(1)
►
April
(10)
►
Maret
(3)
►
Februari
(2)
►
Januari
(10)
►
2010
(65)
►
Desember
(6)
►
November
(1)
►
Oktober
(11)
►
September
(26)
►
Agustus
(8)
►
Juni
(4)
►
Mei
(2)
►
April
(1)
►
Februari
(1)
►
Januari
(5)
►
2009
(30)
►
Desember
(2)
►
November
(1)
►
Oktober
(8)
►
September
(3)
►
Agustus
(5)
►
Juli
(4)
►
April
(1)
►
Maret
(1)
►
Februari
(4)
►
Januari
(1)
►
2008
(23)
►
Desember
(1)
►
November
(6)
►
Oktober
(4)
►
September
(1)
►
Juni
(1)
►
Mei
(2)
►
April
(2)
►
Maret
(3)
►
Februari
(2)
►
Januari
(1)
►
2007
(24)
►
Desember
(1)
►
November
(2)
►
Oktober
(5)
►
September
(12)
►
Agustus
(1)
►
Juli
(1)
►
April
(1)
►
Februari
(1)
►
2006
(3)
►
Desember
(1)
►
November
(2)
►
2005
(3)
►
Oktober
(1)
►
September
(1)
►
April
(1)
►
2004
(2)
►
Oktober
(1)
►
September
(1)
►
2003
(6)
►
Oktober
(1)
►
September
(3)
►
Juli
(1)
►
Juni
(1)
►
2002
(2)
►
Juli
(2)
►
2001
(4)
►
November
(1)
►
Oktober
(1)
►
Juli
(1)
►
Mei
(1)
►
2000
(5)
►
Oktober
(1)
►
September
(2)
►
Juli
(2)
►
1999
(1)
►
Juli
(1)
►
1998
(2)
►
Desember
(1)
►
Oktober
(1)
►
1996
(1)
►
Oktober
(1)
►
1981
(1)
►
Juli
(1)
Recent Posts
Recent Posts Widget
Your browser does not support JavaScript!
0 komentar:
Posting Komentar