Abi Sarwanto, CNN Indonesia | Selasa, 19/04/2016 06:12 WIB
Jakarta, CNN Indonesia -- Hari pertama Simposium Nasional Membedah Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan yang difasilitasi Kementrian Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Komnas HAM serta Dewan Pers telah terlaksana.
Ketua Panitia Pengarah Agus Wijojo mengatakan masih ada kekurangan dalam simposium ini, yakni kurangnya keterlibatan unsur militer.
"Sebetulnya peran kelompok TNI bisa lebih besar lagi. Walaupun sudah diwakili Pak Sintong Panjaitan yang memainkan perannya dengan baik tadi," kata Agus di lokasi, kemarin.
Sedangkan, sisi positifnya, kata Agus, simposium melebihi ekspektasi. Hal itu, kata dia, ditujukan dengan kehadiran dari kedua belah pihak yang dapat dipertemukan dalam satu forum.
Menurutnya, dengan kehadiran dari kedua belah pihak, maka ada proses pembelajaran yang dapat dipetik dari simposium ini.
"Sehingga kita belajar mendengarkan bahwa ada kebenaran yang diyakini orang lain," kata dia.
Kepala Lembaga Ketahanan Nasional ini berkata, dinamika yang terjadi
dalam forum merupakan suatu hal yang wajar. Agus berharap simposium
dapat memberikan pemahaman kepada publik terhadap tragedi 1965 secara
komprehensif.
Dari empat sesi dialog dalam simposium, fakta penderitaan korban pelanggaran hak asasi manusia itu terungkap, baik mereka yang dianggap bagian dari Partai Komunis Indonesia maupun keluarga jenderal korban peristiwa G30S.
Tidak hanya dari sisi korban, simposium juga memperdengarkan kesaksian para jenderal Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (kini Tentara Nasional Indonesia) yang kala itu menjabat, yaitu Sintong Panjaitan. (abm)
Sintong Panjaitan berbicara di acara Simposium Tragedi 1965. (CNN Indonesia/Abi Sarwanto)
Jakarta, CNN Indonesia -- Hari pertama Simposium Nasional Membedah Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan yang difasilitasi Kementrian Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Komnas HAM serta Dewan Pers telah terlaksana.
Ketua Panitia Pengarah Agus Wijojo mengatakan masih ada kekurangan dalam simposium ini, yakni kurangnya keterlibatan unsur militer.
"Sebetulnya peran kelompok TNI bisa lebih besar lagi. Walaupun sudah diwakili Pak Sintong Panjaitan yang memainkan perannya dengan baik tadi," kata Agus di lokasi, kemarin.
Sedangkan, sisi positifnya, kata Agus, simposium melebihi ekspektasi. Hal itu, kata dia, ditujukan dengan kehadiran dari kedua belah pihak yang dapat dipertemukan dalam satu forum.
Menurutnya, dengan kehadiran dari kedua belah pihak, maka ada proses pembelajaran yang dapat dipetik dari simposium ini.
"Sehingga kita belajar mendengarkan bahwa ada kebenaran yang diyakini orang lain," kata dia.
|
Dari empat sesi dialog dalam simposium, fakta penderitaan korban pelanggaran hak asasi manusia itu terungkap, baik mereka yang dianggap bagian dari Partai Komunis Indonesia maupun keluarga jenderal korban peristiwa G30S.
Tidak hanya dari sisi korban, simposium juga memperdengarkan kesaksian para jenderal Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (kini Tentara Nasional Indonesia) yang kala itu menjabat, yaitu Sintong Panjaitan. (abm)
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160418210241-20-124857/panitia-simposium-1965-sebut-kesaksian-tni-masih-minim/
0 komentar:
Posting Komentar