Kamis, 14/04/2016 13:55 WIB
Di Semarang, sejumlah
aktivis kemanusiaan berhasil menemukan lokasi kuburan massal korban
tragedi 1965 yang diduga berisi 24 jasad dengan bentuk lubang mirip
sumur. Kuburan tersebut terletak di kawasan hutan Plumbon, Kelurahan
Wonosari, Mangkang, Semarang, Jawa Tengah. (CNN Indonesia/Damar Sinuko)
Jakarta, CNN Indonesia
--
Komisioner Komisi Hak Asasi Manusia Nur Kholis
mengatakan pihaknya sudah mendapat lampu hijau untuk mengakses data
terkait Tragedi 1965 yang milik Amerika Serikat.
Namun, Nur mengatakan, Komnas HAM belum dapat mengakses semua dokumen itu saat ini.
Sebagai lembaga negara yang pendukung Simposium Nasional Tragedi 1965, Komnas HAM pun tidak dapat menggunakan berbagai data itu sebagai bahan kajian.
"Mungkin belum terkejar. Tetapi saya menduga, beberapa narasumber sebenarnya sudah mempunyai data itu," ucap Nur kepada CNNIndonesia.com, Kamis (14/4).
Nur mengatakan, instansinya juga belum dapat mengakses dokumen Amerika Serikat terkait Tragedi 1965 yang berstatus rahasia (unclassified).
Kemarin, Direktur Eksekutif Human Right Watch Kenneth Roth berharap agar pemerintah Amerika Serikat mau membuka dokumen yang diminta Komnas HAM untuk dapat disampaikan dalam simposium.
"Kami mengajak pemerintah Amerika Serikat untuk membuka arsip yang kami rasa penting mendukung langkah simposium ini," kata Kenneth.
Aktivis HRW Indonesia Andreas Harsono menambahkan, dokumen atau arsip
yang diminta oleh Komnas HAM, dapat membantu penyelesaian pelanggaran
HAM masa lalu.
Bulan lalu, Komnas HAM mengirim surat kepada Presiden Amerika Serikat Barack Obama untuk meminjam sejumlah dokumen pemerintah Amerika Serikat yang merekam kejadian di seputar Tragedi 1965.
Dokumen-dokumen tersebut rencananya akan digunakan untuk melengkapi informasi sementara yang telah terkumpul. (abm)
Namun, Nur mengatakan, Komnas HAM belum dapat mengakses semua dokumen itu saat ini.
Sebagai lembaga negara yang pendukung Simposium Nasional Tragedi 1965, Komnas HAM pun tidak dapat menggunakan berbagai data itu sebagai bahan kajian.
"Mungkin belum terkejar. Tetapi saya menduga, beberapa narasumber sebenarnya sudah mempunyai data itu," ucap Nur kepada CNNIndonesia.com, Kamis (14/4).
Nur mengatakan, instansinya juga belum dapat mengakses dokumen Amerika Serikat terkait Tragedi 1965 yang berstatus rahasia (unclassified).
Kemarin, Direktur Eksekutif Human Right Watch Kenneth Roth berharap agar pemerintah Amerika Serikat mau membuka dokumen yang diminta Komnas HAM untuk dapat disampaikan dalam simposium.
"Kami mengajak pemerintah Amerika Serikat untuk membuka arsip yang kami rasa penting mendukung langkah simposium ini," kata Kenneth.
|
Bulan lalu, Komnas HAM mengirim surat kepada Presiden Amerika Serikat Barack Obama untuk meminjam sejumlah dokumen pemerintah Amerika Serikat yang merekam kejadian di seputar Tragedi 1965.
Dokumen-dokumen tersebut rencananya akan digunakan untuk melengkapi informasi sementara yang telah terkumpul. (abm)
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160414131422-20-123939/simposium-tragedi-1965-tak-bisa-gunakan-data-amerika-serikat/
0 komentar:
Posting Komentar