Editor : Agus Sigit
|
Sabtu, 21 Mei 2016 | 13:10 WIB
Puluhan massa melakukan aksi unjukrasa peringati 18 tahun reformasi (Harminanto)
Namun, dalam kurun waktu 18 tahun ini banyak pihak yang merasa belum ada perubahan signifikan terkait implementasi demokrasi Pancasila. Hal ini pula yang kemudian melatarbelakangi berbagai eleman masyarakat yang bergabung dalam Komite Bersama menggelar aksi unjukrasa di sepanjang Jalan Marga Utama-Malioboro, Sabtu (21/5/2016) siang.
Tak kurang 60-an massa mulai bergerak dari simpang empat Tugu Yogyakarta menuju ke selatan. Di sepanjang jalan, massa tak surut menyuarakan perlawanan terhadap berbagai hal yang tak sesuai dengan demokrasi.
"Di Yogyakarta masih banyak hal yang sepertinya menjauhkan demokrasi. Diskusi dibubarkan, penerbit buku didatangi militer karena buku dianggap berhaluan kiri. Ini jelas sekali bukan demokrasi, padahal reformasi sudah 18 tahun," terang koordinator aksi Ahmad Haedar.
Salah satu orator dari LKIs Hafizen saat berhenti di halaman DPRD DIY menyampaikan bahwa 18 tahun lalu para aktivis berjuang dengan air mata dan darah untuk membebaskan negara dari rezim orde baru. "Namun sekarang neo orde baru kembali lagi di mana ruang demokrasi diberangus dan inilah saatnya warga bergerak, ini menciderai Yogyakarta sebagai city of tolerance," tegasnya.
Massa aksi pun mengajak masyarakat Yogyakarta untuk kembali menghalau adanya hal-hal yang bisa mengganggu keberagaman beragama. "Kami di Yogyakarta menyerukan untuk tolak kelompok yang mengotori perdamaian dan toleransi di sini," pungkasnya.
Usai berorasi di depan DPRD DIY, massa lalu melanjutkan aksi unjukrasa ke titik 0 kilometer. Aksi tersebut berjalan dengan cukup tertib dengan kawalan tiga kompi dari aparat kepolisian. (M-1)
http://www.krjogja.com/web/news/read/299961/18_Tahun_Reformasi_Demokrasi_Belum_Berjalan
0 komentar:
Posting Komentar